Assalamualaikum wr wb,..
Langsung ajah. Saya di sini mau sharing pemikiran. Karena terhitung hari ini, sudah ke sekian kalinya saya dihakimi karena menuruti peraturan lalu lintas. Loh. Kok bisa???
Jadi begini ceritanya. Tadi pagi saya berangkat seperti biasa. Pamit ke ortu, adek2, plus kucing2 saya. Sebelum tancap gas, gag lupas baca doa keluar rumah dan dzikir terus agar diberi keselamatan oleh Yang Maha Kuasa Allah SWT. tentu saja.
Awalnya normal aja perjalanan saya. Setor dulu ke Bank. Lumayan, ketemu dan dilayani sama Mas Kasir yang Hensem subhanallah. Dikasih bonus senyum pula. He made my day *thanks
Suddenly, di perempatan terakhir sebelum saya belok ke kanan untuk menuju tempat kerja, Eh, lampunya merah. Yasudah saya berhenti dan menunggu lampu ijo dengan sabar. Tiba-tiba ada bunyi 'JEDUAAAKKKK'. Waduh. Terus terang saya kaget. Saya tadi kan abis ngurangin gigi mesin, apa ada yang salah sama motor saya? Kok sampe suaranya sebegitu keras dan motornya agak terjungkal ke depan. Otomatis saya bingung dan cari tahu. Saya langsung nengok ke belakang. Ga ada yang salah kok. Terus kenapa???
Oh, saya tahu. Ternyata ada satu motor di belakang saya. Yang mungkin tadi dipake NGEBUT sama yang mengendarai. Sampai-sampai rem-nya kurang dalam untuk ikut berhenti karena lampunya merah. Tanpa diduga, bapak yang mengendarai motor itu melotot ke saya.
"Malah Mandek [Berhenti]!" Marahnya.Saya langsung nelen ludah. Ini yang jadi korban siapa. Yang marah-marah siapa. Yaudahlah. Saya yang lebih muda mengalah saja. Saya bilang ke beliau.
"Lampunya merah, Pak!" Saya nunjuk lampu merah sambil senyum seramah mungkin.Tapi beliau itu masih saja melotot. Dan bilang lagi. Masih sambil marah. Atau mau meremehkan saya.
"Alah, jek tas ae [orang barusan ajah]!"
Saya langsung ngeh, 'Oh, jadi tadi bapak ngira saya mau terus?' Saya langsung nyeletuk dalem hati. Sejujurnya saya bukan tipe orang yang suka membatin. Tapi karena lawan saya lebih tua, demi azaz kesopanan, saya langsung balik nengok ke belakang. Niat baik saya malah dimentahkan. Uh, darah saya udah naik ke ubun-ubun. Mendidih mungkin. Uh,.. males saya meladeni bapak tersebut yang ternyata -maaf *primitif*
Saya tadi emosi sekali. Sampai kantor langsung update tweet dan status, seperti ini :
Jujur tadi pagi saya masih emosi sekali. Jadi tolong maklumi bahasa saya yang kurang sopan^^. Karena ini bukan kali pertama saya di zalimi oleh pengguna jalan lain. Sekitar 2 bulan yang lalu, saya sudah kejadian kecelakaan menghadapi becak yang bingung di jalan. Bukannya saya menganggap diri sendiri benar. Karena waktu itu saya kira becak akan melaju terus. Karena sudah dalam setengah jalan, Bapak sopir belum memberikan tanda2 akan menggok. Yasudah saya jalan santai saja lewat kanannya. Eh, pas saya lewat, beliau juga pas menggokin stir. Terjadilah. Luka nggak seberapa sih. Tapi abis itu sampai sekarang, saya belum pernah lagi lewat situ soalnya masih trauma.
Kemarin saya dipepet sama bus. Padahal saya udah turun dari aspal, tapi busnya tetep aja nerecel ikut turun. Mana klaksonnya bikin jantung dag dig dug. Dan lajunya bus di Kediri tahu sendirikan, kenceng banget. Beda sama bus kota di Surabaya yang pelan-pelan. Dan masih banyak lagi kejadian tidak mengenakan di jalan raya yang sering saya alami. Atau juga sering menimpa para readers,
Well. Saya mengerti, mungkin orang-orang tersebut sedang terburu-buru. Dikejar target atau hal-hal lain yang membuat mereka sangat harus cepat sampai di lokasi. Atau hal-hal lain yang sedang mengganjal pikiran mereka, sehingga membuat mereka tidak fokus.
Kembali ke apa yang mau saya share. Okay. Saya rasa, semua orang juga punya urusannya masing-masing. Saya yakin yang di jalan kebanyakan orang-orang yang sedang terburu-buru. Saya juga sebenarnya sedang buru-buru. Takut telat. Tapi saya tetep pelan-pelan di jalan. Maksimal jalan 60 lah. Itu udah pol-polan buat saya. Karena apa? Saya masih sayang diri sendiri. Tentunya dengan begitu orang lain sesama pengguna jalan juga akan lebih aman. Bukannya saya membaik-baikkan diri sendiri. Tapi memang bukannya kita nggak boleh ngebut kalau di jalan raya? Resiko telat akan saya tanggung sendiri. Soalnya saya telat juga salah saya sendiri. Bukan salah orang lain. Maka dari itu saya mau nanggung akibat ulah saya sendiri. Nggak mengorbankan orang lain.
Jadi gini. Ngebut di jalan akan menyebabkan hilang kontrol dalam mengemudi. Susah mengatur kemudi, susah nge-rem, dan susah-susah yang lain. Sehingga apabila terjadi hal-hal yang mendadak, kita akan hilang kendali. Betul tidak? Itulah yang membahayakan. Kita jadi mengorbankan KESELAMATAN JIWA orang lain untuk kepentingan pribadi kita. Bukankah itu namanya egois?
Apalagi kendaran seperti bus atau truk yang ukurannya besar, nggak ngebut aja mereka udah sering bikin saya resah. Bingung mau minggir soalnya takut keserempet. Apalagi kalau mereka ngebut pake klakson berulang-ulang yang bikin panik setengah mati. Tentu saja hal itu sangat berbahaya.
Sekian dari saya untuk sekarang. Mohon maaf bila ada kesalahan kata yang membuat tersinggung. Niat saya cuma mau membantu membuat jalanan di Indonesia lebih teratur. Dan tidak memakan lebih banyak korban. Salam damai dari Sheilanda :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke sheilandak.blogspot.com :)
Kritik dan saran anda akan sangat membantu untuk kebaikan blog ini^^
[Thanks for visiting sheilandak.blogspot.com :)
Your critics and wise will help this blog to be better in the future^^]